Tuesday, March 20, 2012

Teori & Praktek

Suatu hari seorang Murid menulis surat
kepada gurunya yang tinggal di seberang
sungai.
Guru, kini murid sudah mencapai tingkat
spiritual ,Tidak goyah oleh goncangan 8
angin .
Kini jiwa murid tenang dan tegar bagai
gunung, hening bagai air telaga dan ...
(seterusnya...)
Delapan angin yang dimaksud adalah
delapan kondisi hidup, yaitu :
Pujian dan Penghinaan, Popularitas dan
nama buruk, aman sejahtera dan Bahaya,
Berkah dan Musibah.
Setelah membaca, Sang guru dengan
senyum sabar membalas surat muridnya. Su
Dong Bo dengan bangga membuka surat
gurunya.
Dalam surat hanya tertulis satu kata:
"Kentut (bohong)"
Si Murid langsung naik pitam,Guru sungguh
keterlaluan, selalu negative thinking, suka
curiga, prejudis, prasangka buruk, aku harus
segera menemui guru, ku ajak debat
terbuka, akan kubuktikan kalau aku tidak
bohong!
Si Murid segera mendayung sampan
menyeberang sungai. Setelah tiba di
seberang sungai bergegas menuju biara
gurunya.
Baru mau mengetuk pintu biara, tangannya
tertahan, mukanya yang merah padam
berubah pucat. Kesombongannya hilang
berganti rasa malu. Dengan kepala
menunduk, melangkah pelan kembali ke
sampannya, mendayung pulang.
Apa yang terjadi?
Di depan pintu biara gurunya menempel
secarik kertas :
Katanya tidak goyah oleh goncangan 8
angin, ternyata hanya dengan sebuah kata
Kentut saja kamu sudah terpukul dan
terpelanting hingga menyeberang sungai.
Kebenaran itu bukan hanya sekedar
pemahaman, pemahaman hanyalah sebuah
konsep dan konsep bukanlah kebenaran itu
sendiri. Kebenaran yang hidup adalah
pengalaman yg harus langsung dijiwai dan
diterapkan dalam prilaku kehidupan sehari-
hari.
Si Murid hanya berteori, tetapi gurunya mau
dia langsung mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Si Murid hanya mengetahui sebatas teori
dan pemahaman, sementara gurunya mau
muridnya memasuki pengalaman langsung
dan penerapan dalam kehidupan sehari-
hari . From Unknown

No comments:

Post a Comment