Wednesday, August 2, 2017

50 keajaiban dunia versi instagram


Bisa jadi salah satu dari kalian pernah dan turut mempopuler tagar saat berkunjung ke destinasi wisata ini. Sebagai informasi, semua data ini telah dikoreksi pada 4 Mei 2017.

Berikut deretan keajaiban dunia berdasarkan tagar terpopuler yang telah dirangkum oleh laman On The Go Tours:

1. Eiffel Tower, Paris - 3,4 juta tagar #EiffelTower
2. Big Ben, London - 2,4 juta tagar #BigBen
3. Grand Canyon, USA - 1,938 juta tagar #GrandCanyon
4. London Eye, London - 1,912 juta tagar #LondonEye
5. Empire State Building, USA - 1,578 juta tagar #EmpireStateBuilding
6. Golden Gate Bridge, USA - 1,572 juta tagar #GoldenGateBridge
7. Tower Bridge, London - 1,178 juta tagar #TowerBridge
8. Statue of Liberty, USA - 1,083 juta tagar #StatueofLiberty
9. Sagrada Familia, Barcelona - 929 ribu tagar #SagradaFamilia
10. Colosseum, Roma - 866 ribu tagar #Colosseum
11. CN Tower, Toronto, Canada - 777 ribu tagar #CNTower
12. Machu Picchu, Peru - 743 ribu tagar #MachuPicchu
13. Burj Al Arab, Dubai - 718 ribu tagar #BurjAlArab
14. Taj Mahal, Agra, India - 603 ribu tagar #TajMahal
15. Buckingham Palace, London - 589 ribu tagar #BuckinghamPalace
16. Arc de Triomphe, Paris - 503 ribu tagar 428 ribu tagar #ArcDeTriomphe
17. Sydney Opera House, Sydney - 428 ribu tagar #SydneyOperaHouse
18. Sacre-Coeur, Paris - 375 ribu tagar #SacreCoeur
19. Stonehenge, Inggris - 368 ribu tagar #Stonehenge
20. Chichen Itza, Meksiko - 351 ribu tagar #ChichenItza
21. Hollywood sign, Los Angeles - 310 ribu tagar #HollywoodSign
22. Great Wall of China, Beijing - 281 ribu tagar #GreatWall
23. Willis Tower, Chicago - 264 ribu tagar #WillisTower
24. Trevi Fountain, Roma - 212 ribu tagar #TreviFountain
25. Golden Temple, Punjab, India - 184 ribu tagar #GoldenTemple
26. Uluru, Petermann - 179 ribu tagar #Uluru
27. Hagia Sophia, Istanbul - 172 ribu tagar #HagiaSophia
28. Mount Fuji, Fujinomiya - 169 ribu tagar #MountFuji
29. Neuschwanstein Castle, Jerman - 168 ribu tagar #Neuschwanstein
30. Loch Ness, Sckotlandia - 165 ribu tagar #LochNess
31. Mont Saint-Michel, Prancis - 160 ribu tagar #MontSaintMichel
32. Forbidden City, Beijing - 155 ribu tagar #ForbiddenCity
33. Leaning Tower of Pisa, Italia - 106 ribu tagar #LeaningTowerOfPisa
34. St. Peter's Basilica, Vatican City - 93 ribu tagar #StPetersBasilica
35. Brandenburg Gate, Berlin - 79 ribu tagar #BrandenburgGate
36. Manneken Pis, Brussels - 75 ribu tagar #MannekenPis
37. Gateway Arch, St. Louis, Missouri - 70 ribu tagar #GatewayArch
38. Christ the Redeemer, Brazil - 69 ribu tagar #ChristTheRedeemer
39. The Louvre, Paris - 60 ribu tagar #TheLouvre
40. Palace of Versailles, Île-de-France - 50 ribu tagar #PalaceofVersailles
41. Saint Basil's Cathedral, Moskow - 22 ribu tagar #StBasilsCathedral
42. Bran Castle, Romania - 20 ribu tagar #BranCastle
43. White Cliffs of Dover, Inggris - 15 ribu tagar #WhiteCliffsOfDover
44. Angel Falls, Venezuela - 12 ribu tagar #AngelFalls
45. Moscow Kremlin, Moscow - 11 ribu tagar #MoscowKremlin
46. Potala Palace, Lhasa - 9,8 ribu tagar #PotalaPalace
47. Sultan Ahmed Mosque, Istanbul - 9.024 tagar #SultanAhmedMosque
48. Great Pyramid of Giza, Mesir - 9.024 #GreatPyramid
49. Park Guell, Barcelona - 4 ribu tagar #ParkGuellBarcelona
50. Mount Rushmore National Memorial, South Dakota - 2,5 ribu tagar #MountRushmoreNationalMemorial

Terkadang kesalahan bisa menjadi hal yang manis


Kafe kecil di Pranci­s tak sengaja dapat b­intang Michelin. Meskipun karena kecerobohan tetapi juga mendatangkan kesenangan bagi kafe dan pengunjung.
Prancis terkenal dengan berbagai restoran dengan bintang Michelin. Tahun lalu tercatat ada 616 restoran berbintang Michelin di Prancis.Bintang Michelin sendiri adalah predikat untuk restoran-restoran terbaik dunia yang didasarkan oleh tampilan menu, rasa, harga dan konsistensi masakan. Bintang Michelin terbagi menjadi bintang 1, 2 dan 3 yang terbaik. Daftar restoran ini diterbitkan dalam buku merah Michelin Guide.
Namun sebuah kekeliruan kecil terjadi karena kesalahan tulis pada website mereka. Sebuah kafe kecil di Prancis Tengah bernama Bouche à Oreille rupanya punya nama yang sama dengan sebuah restoran di Paris.
Kesalahan ini mungkin­ dapat dimengerti kar­ena alamat kedua restoran sangat mirip. Salah ­satu di jalan bernama­ Route de la Chapelle­, dan yang lain di ja­lan Impasse de la Cha­pelle.
Namun, kafe kecil sederhana di Prancis Tengah sempat heboh karena didatangi reporter dan kru TV. Mereka terkejut akan restoran sederhana bernama Bouche à Oreille ­di kota kecil Bourges­ ini.
Bouche à Oreille ini ­sangat sederhana dengan t­aplak meja plastik mo­tif polkadot merah pu­tih dan cukup padat saat jam makan siang denga­n beberapa pelanggan memesan bir di bar­. Kafe ini menyajikan sajian lokal seperti l­asagna rumahan dan be­ef bourguignon.
Setelah tahu kejadian ini,­ Michelin Guide seger­a menelepon untuk mem­inta maaf. Mereka menjelaskan bahwa mereka­ tertu
Akibat kesalahan piha­k Michelin ini, restoran ­kecil Bouche à Oreill­e mengalami publisita­s yang belum pernah d­ialami sebelumnya. St­af kafe ini juga diundang makan malam di r­estoran bintang Miche­lin yang seharusnya yaitu Bouche­ à Oreille lain, 100 ­mil dari Boutervillie­rs, dekat Paris.Restoran bin­tang Michelin asli it­u ditata dengan meja bertaplak linen dengan h­idangan seperti lobst­er flan atau beef con­fit dengan jamur truffle hi­tam.
Di sisi lain, Veronique Jacq­uet, pemilik kafe kec­il Bouche­ à Oreille bercerita akan keterkejutannya mendapat bintang Michelin.
"T­iba-tiba kafe kami didatangi reporter. Mendengar cerita ini anak saya tertawa terbahak-baha­k. Saya juga menerima telepon dari pengunjun­g langganan dan teman­ menanyakan mengapa s­aya tidak mengatakan ­pada mereka kami meme­nangkan bintang Miche­lin."
Tak lama setelah keja­dian unik ini, daftar­ nama restoran dikoreksi di situs Michelin. Dua hari kemudian, ­Aymerix Dreux, chef d­ari restoran berbintang michelin, juga menanggapi kesalahan ini dengan­ selera humor yang baik.
"Saya menelepon Mada­m Jaqcuet, juru masak di Bourges.­ Kami berbincang dan tertawa bersama. Saya juga mengundan­g Madam Jacquet ke re­storan kami untuk men­cicipi apa yang kami ­buat," tutur Dreux dikutip dari Telegraph ­(19/2/17).
Sebagai perbandingan untuk makan siang di kafe kecil Bouche à Oreille di Bou­rges perlu membayar €12,5 ­(Rp177.000). Teridir dari menu pembuka dan satu enu utama. Bila ingin pilih menu lainnya dihargai tidak lebih dari €10 (Rp140­.000)
Sedangkan untuk restoran bintang 1 Michelin Bouche à Oreille di kota Bou­tervilliers menu makan siang harganya €48 (­Rp680.000) termasuk s­egelas champagne. Menu terdiri dari pilihan sajian pembuka, 1 menu utama dan dessert berupa pir dan cok­elat renyah.


Kafe di Lokasi Syuting Goblin

Dalam beberapa episode Goblin, Kim Shin (Gong Yoo) dan Ji Eun Tak (Kim Go Eun) datang ke sebuah restoran klasik yang terletak di Canada. 
Namun kenyataannya restoran tersebut terletak di Korea loh.

Hal ini terungkap di Late Night Entertainment News yang berhasil menemukan restoran dengan pemandangan indah ini. Dilansir Soompi, restoran tersebut bernama Cafe Zino yang terletak di Paju, Provinsi Gyeonggi.

Restoran klasik di drama Goblin bukan terletak di Canada tapi di Korea. 

Nggak heran sih banyak yang menduga restoran tersebut terletak di Canada, pasalnya scene yang muncul memang menyebutkan tempat ini berada di Quebec. Apalagi dengan desain interior yang Inggris banget ini, banyak yang tak menduga kalau ini justru terletak di Korea.

Menurut pemilik cafe, mereka memang sengaja membangunnya dengan suasana museum di London. Cafe ini juga dikelilingi oleh pemandangan cantik dan juga gunung. Bangunan cafe ini sendiri juga memiliki dua lantai yang membuat pengunjung bisa berkeliling menikmati interior yang menakjubkan tersebut.

Berkat Goblin, Cafe Zino jadi semakin banyak pengunjung loh. Para penggemar tentunya ingin merasakan suasana dalam scene Ji Eun Tak dan Kim Shin yang begitu manis.

"Kurasa aku menjadi Gong Yoo. Menurutku banyak orang yang datang ke sini untuk merasakan suasana (seperti dalam drama)," jelas sang pemilik.

Kisah Penyelam Goa Bawah Air yang terjebak selama 2 hari

Tiga bulan lalu, Xisco Gracia mengalami mimpi buruk bagi setiap penyelam. Dia terjebak di gua bawah air dengan hanya mengandalkan celah di dalam gua yang tidak terendam air.


Kejadiannya berawal pada Sabtu 15 April 2017 lalu, ketika Xisco Gracia terjun ke perairan di Mallorca, Spanyol, untuk menyelam. Guru geologi ini menghabiskan akhir pekannya dengan menjelajah dan membuat peta gua bawah air yang rumit di pulau tersebut.


"Mallorca jauh lebih indah di bawah tanah dibanding di atas tanah," katanya.


Dia dengan temannya, Guillem Mascar, ingin menjelajah Sa Piqqueta, sebuah gua bawah air sepanjang 1 km dari mulut gua dengan beraneka ruang menyerupai labirin. Mereka menyelam selama satu jam untuk sampai ke sana.


Gracia menyelam sambil mengumpulkan keping bebatuan, sementara Mascar berenang ke salah satu ruangan.


Ketika mereka akan meninggalkan tempat itu, beberapa hal terjadi pada saat bersamaan. Secara kebetulan Gracia bertemu dengan Mascar di persimpangan dan gerakan mereka membuat lumpur naik sehingga penglihatan menjadi sulit.


Mereka kemudian menyadari bahwa alat petunjuk mereka -benang nilon tipis yang memberi petunjuk mereka untuk kembali ke mulut gua- putus atau terlepas.


"Kabel itu bertujuan untuk mengarahkan. Kabel ditinggal di belakang begitu Anda memasuki gua dan Anda bisa menelusurinya lagi setelah itu," kata Gracia, yang berusia 54 tahun.


"Kami jadinya hanya bisa menebak beberapa batu yang jatuh. Kami menghabiskan waktu selama satu jam yang sangat berharga untuk menemukannya dengan menyentuh-nyentuh tapi tidak berhasil."


Pada titik ini, pasangan tersebut berada dalam keadaan berbahaya. Mereka sudah menggunakan oksien yang mereka bawa untuk masuk serta ke luar dari gua,. Sebagian besar cadangan darurat oksigen juga telah dipakai.


Untunglah, Gracia ingat tentang para penyelam lain yang pernah bercerita tentang celah di dalam gua yang tidak terendam air dekat situ dan dia mengarahkan Mascari ke sana sambil membahas sejumlah pilihan untuk meloloskan diri.


Keduanya tahu bahwa oksien yang tersedia hanya cukup untuk membawa salah seorang untuk ke luar gua.


"Kami putuskan, saya akan tinggal dan Guillem akan pergi meminta pertolongan. Dia lebih kurus dibanding saya dan membutuhkan lebih sedikit udara untuk bernapas. Saya juga lebih berpengalaman untuk bernapas menghirup udara gua, yang memiliki kandungan karbondioksida lebih tinggi."


Mereka merencanakan rute alternatif yang lebih panjang dan Mascaro Guillem harus melewati sebagian jalur itu tanpa petunjuk sehingga ada kemungkinan hilang.


"Seperti berupaya menyetir sebuah mobil pada malam yang amat berkabut," kata Gracia. "Guillem enggan meninggalkan saya sendiri namun kami tahu itulah satu-satunya peluang."


Begitu Mascar pergi, Gracia melepas semua peralatan dan menjelajahi ruangan, dengan panjang sekitar 80 meter, lebar 20 meter, dan jarak antara air dan langit-langit gua sekitar 12 meter.


Dia menyadari bahwa air di permukaan bisa diminum dan menemukan potongan batu besar yang rata yang kemudian dijadikannya untuk keluar dari air dan beristirahat.


Gracia juga memutuskan bahwa dia akan bisa bertahan hidup tanpa cahaya karena dua dari tiga senter tidak bisa digunakan lagi sementara baterai untuk senter ketiga sudah menipis.


"Saya hanya menyalakannya jika saya buang air kecil atau mendaki untuk mendapatkan air segar."


Dan tak banyak yang bisa dilakukannya lagi selain menanti di kegelapan total serta berharap akan diselamatkan.


"Saya bertanya kepada diri sendiri kenapa hal ini terjadi kepada saya setelah bertahun-tahun menyelam," kata Gracia.


"Namun saya penuh pengharapan selama tujuh atau delapan jam pertama karena berpendapat Guillem akan berhasil. Namun waktu berjalan dan saya mulai kehilangan harapan. Saya pikir 'Guillem hilang dan meninggal dan tidak ada yang tahu saya di bawah sini."


Grcia mulai berpikir tentang orang-orang yang dicintainya.


"Saya punya dua anak, putra 15 tahun dan putri sembilan tahun. Saya berpikir mereka terlalu muda untuk kehilangan ayah dan apa yang kelak terjadi pada mereka."


Walau berhasil untuk tetap tenang, dia mulai mengalami dampak aibat bernapas dengan kandungan CO2 yang tinggi. Udara yang manusia hirup sehari-hari mengandung 0,04% CO2, namun di gua kandungan CO2 mencapai 5%.


"Saya sakit kepala dan walau saya menderita kelelahan karena kurang oksigen, tidak mungkin untuk tidur. Otak saya berputar-putar," kenangnya.


Benaknya mulai 'menipu' dirinya sendiri.


"Saya punya perasaan ada cahaya di danau dan saya mendengar suara gelembung udara para penyelam yang datang. Namun ketika saya memalingkan kepala, tidak ada yang terlihat. Itu halusinasi."


Grcia juga tak punya kesadaran tentang jam dan setelah yang menurutnya terasa seperti beberapa hari, dia mendengar suara keras di atas gua dan menyadari pastilah itu Guillem.


"Saya pikir, pertama kami bisa mendengar suara tangki diisi dengan udara untuk tim penyelamat. Belakangan saya menduga, mereka pasti sedang berupaya untuk mengebor batu."


"Saya amat gembira ketika mengetahui mereka mencari saya."


Namun suara itu berhenti dan Gracia menghadapi momen-momen tergelapnya. "Saya memikirkan bahwa saya meninggal dalam cara yang paling ditakuti para penyelam, tanpa makanan dan udara."


"Senter saya sudah hampir habis dan saya tahu tidak akan mampu mendaki untuk mendapat udara di kegelapan. Saya memutuskan untuk berenang ke tempat saya meninggalkan peralatan dan mengambil pisau. Saya ingin menggunakannya sebagai langkah terakhir jika harus memutuskan apakah akan mati secara cepat atau perlahan."


Tak lama setelah berpikir demikian, dia mendengar kembali suara gelembung udara. "Saya melihat lampu seorang penyelam yang semakin terang. Saya pikir itu halusinasi namun saya menyadari bahwa hal itu nyata dan melihat helm muncul."


Dia adalah teman lamanya, Bernat Clamor.


"Saya melompat menyambutnya. Dia bertanya bagaimana saya dan mengatakan kepada saya bahwa dia khawatir saya sudah meninggal."


Gracia kemudian mengetahui bahwa Mascar berhasil memberi tahu tentang keadaannya namun upaya penyelamatan terhambat oleh jarak pandang yang buruk.


Tim penyelamat berupaya untuk mengebor batu untuk memberi pasokan pangan dan air -yang suaranya dia dengar. Namun upaya itu juga gagal.


Akhirnya Clamor dan rekan penyelam lainnya, John Freddy, berhasil mencapai tempatnya setelah menunggu lumpur mereda dan air menjadi bersih.


Nasib buruk Gracia tetap belum berakhir karena Clamor harus meninggalkan dia lagi untuk mengontak tim penyelamat. Meski demikian, Clamor meninggalkan kantung gula untuk meningkatkan energi Grcia.


"Diperlukan delapan jam lebih untuk membawa saya ke luar dari gua, namun delapan jam yang menggembirakan," kata Gracia.


Dia mendapat oksigen yang diperkaya kandungannya untuk bernapas dan dibawa perlahan-lahan ke mulut gua. Dia muncul kembali pada Senin 17 April, atau sekitar 60 jam setelah masuk ke dalam gua. Saat Grcia keluar, Guillem Mascar ikut menyambutnya.


"Kami berpelukan tapi tak banyak waktu untuk berbicara karena mereka membawa saya dengan ambulans. Dan sakit sekali begitu saya ke luar dari air. Suhu badan saya mencapai 32 C jadi saya menghadapi risiko hipotermia. Saya mendapat oksigen murni untuk bernapas sepanjang malam."


Gracia terus menjagai emosinya dalam menghadapi pengalaman buruk itu.


"Anda harus bisa mengendalikan emosi ketika menyelam. Namun keesokan harinya saya menyaksikan liputan tentang operasi penyelamatan besar-besaran di TV dan saya menangis. Saya amat bersyukur."


Grcia tidak lantas melupakan olah raga selam walau nyaris meninggal. Sebulan setelah insiden itu, dia kembali ke Sa Piqueta dan bahkan mengunjungi ruangan tempat dia terperangkap itu.


"Saya tidak menaruh dendam pada gua itu, bukan salah guanya," kata pria yang bertekad akan tetap meneruskan penyusunan peta warisan gua bawah air di Mallorca.


"Anak-anak saya tidak terlalu suka tapi mereka tidak mengatakan kepada saya untuk tidak melakukannya. Saya menghabiskan waktu 24 jam untuk menjelajahi di bawah air."