Wednesday, August 2, 2017

Kisah Penyelam Goa Bawah Air yang terjebak selama 2 hari

Tiga bulan lalu, Xisco Gracia mengalami mimpi buruk bagi setiap penyelam. Dia terjebak di gua bawah air dengan hanya mengandalkan celah di dalam gua yang tidak terendam air.


Kejadiannya berawal pada Sabtu 15 April 2017 lalu, ketika Xisco Gracia terjun ke perairan di Mallorca, Spanyol, untuk menyelam. Guru geologi ini menghabiskan akhir pekannya dengan menjelajah dan membuat peta gua bawah air yang rumit di pulau tersebut.


"Mallorca jauh lebih indah di bawah tanah dibanding di atas tanah," katanya.


Dia dengan temannya, Guillem Mascar, ingin menjelajah Sa Piqqueta, sebuah gua bawah air sepanjang 1 km dari mulut gua dengan beraneka ruang menyerupai labirin. Mereka menyelam selama satu jam untuk sampai ke sana.


Gracia menyelam sambil mengumpulkan keping bebatuan, sementara Mascar berenang ke salah satu ruangan.


Ketika mereka akan meninggalkan tempat itu, beberapa hal terjadi pada saat bersamaan. Secara kebetulan Gracia bertemu dengan Mascar di persimpangan dan gerakan mereka membuat lumpur naik sehingga penglihatan menjadi sulit.


Mereka kemudian menyadari bahwa alat petunjuk mereka -benang nilon tipis yang memberi petunjuk mereka untuk kembali ke mulut gua- putus atau terlepas.


"Kabel itu bertujuan untuk mengarahkan. Kabel ditinggal di belakang begitu Anda memasuki gua dan Anda bisa menelusurinya lagi setelah itu," kata Gracia, yang berusia 54 tahun.


"Kami jadinya hanya bisa menebak beberapa batu yang jatuh. Kami menghabiskan waktu selama satu jam yang sangat berharga untuk menemukannya dengan menyentuh-nyentuh tapi tidak berhasil."


Pada titik ini, pasangan tersebut berada dalam keadaan berbahaya. Mereka sudah menggunakan oksien yang mereka bawa untuk masuk serta ke luar dari gua,. Sebagian besar cadangan darurat oksigen juga telah dipakai.


Untunglah, Gracia ingat tentang para penyelam lain yang pernah bercerita tentang celah di dalam gua yang tidak terendam air dekat situ dan dia mengarahkan Mascari ke sana sambil membahas sejumlah pilihan untuk meloloskan diri.


Keduanya tahu bahwa oksien yang tersedia hanya cukup untuk membawa salah seorang untuk ke luar gua.


"Kami putuskan, saya akan tinggal dan Guillem akan pergi meminta pertolongan. Dia lebih kurus dibanding saya dan membutuhkan lebih sedikit udara untuk bernapas. Saya juga lebih berpengalaman untuk bernapas menghirup udara gua, yang memiliki kandungan karbondioksida lebih tinggi."


Mereka merencanakan rute alternatif yang lebih panjang dan Mascaro Guillem harus melewati sebagian jalur itu tanpa petunjuk sehingga ada kemungkinan hilang.


"Seperti berupaya menyetir sebuah mobil pada malam yang amat berkabut," kata Gracia. "Guillem enggan meninggalkan saya sendiri namun kami tahu itulah satu-satunya peluang."


Begitu Mascar pergi, Gracia melepas semua peralatan dan menjelajahi ruangan, dengan panjang sekitar 80 meter, lebar 20 meter, dan jarak antara air dan langit-langit gua sekitar 12 meter.


Dia menyadari bahwa air di permukaan bisa diminum dan menemukan potongan batu besar yang rata yang kemudian dijadikannya untuk keluar dari air dan beristirahat.


Gracia juga memutuskan bahwa dia akan bisa bertahan hidup tanpa cahaya karena dua dari tiga senter tidak bisa digunakan lagi sementara baterai untuk senter ketiga sudah menipis.


"Saya hanya menyalakannya jika saya buang air kecil atau mendaki untuk mendapatkan air segar."


Dan tak banyak yang bisa dilakukannya lagi selain menanti di kegelapan total serta berharap akan diselamatkan.


"Saya bertanya kepada diri sendiri kenapa hal ini terjadi kepada saya setelah bertahun-tahun menyelam," kata Gracia.


"Namun saya penuh pengharapan selama tujuh atau delapan jam pertama karena berpendapat Guillem akan berhasil. Namun waktu berjalan dan saya mulai kehilangan harapan. Saya pikir 'Guillem hilang dan meninggal dan tidak ada yang tahu saya di bawah sini."


Grcia mulai berpikir tentang orang-orang yang dicintainya.


"Saya punya dua anak, putra 15 tahun dan putri sembilan tahun. Saya berpikir mereka terlalu muda untuk kehilangan ayah dan apa yang kelak terjadi pada mereka."


Walau berhasil untuk tetap tenang, dia mulai mengalami dampak aibat bernapas dengan kandungan CO2 yang tinggi. Udara yang manusia hirup sehari-hari mengandung 0,04% CO2, namun di gua kandungan CO2 mencapai 5%.


"Saya sakit kepala dan walau saya menderita kelelahan karena kurang oksigen, tidak mungkin untuk tidur. Otak saya berputar-putar," kenangnya.


Benaknya mulai 'menipu' dirinya sendiri.


"Saya punya perasaan ada cahaya di danau dan saya mendengar suara gelembung udara para penyelam yang datang. Namun ketika saya memalingkan kepala, tidak ada yang terlihat. Itu halusinasi."


Grcia juga tak punya kesadaran tentang jam dan setelah yang menurutnya terasa seperti beberapa hari, dia mendengar suara keras di atas gua dan menyadari pastilah itu Guillem.


"Saya pikir, pertama kami bisa mendengar suara tangki diisi dengan udara untuk tim penyelamat. Belakangan saya menduga, mereka pasti sedang berupaya untuk mengebor batu."


"Saya amat gembira ketika mengetahui mereka mencari saya."


Namun suara itu berhenti dan Gracia menghadapi momen-momen tergelapnya. "Saya memikirkan bahwa saya meninggal dalam cara yang paling ditakuti para penyelam, tanpa makanan dan udara."


"Senter saya sudah hampir habis dan saya tahu tidak akan mampu mendaki untuk mendapat udara di kegelapan. Saya memutuskan untuk berenang ke tempat saya meninggalkan peralatan dan mengambil pisau. Saya ingin menggunakannya sebagai langkah terakhir jika harus memutuskan apakah akan mati secara cepat atau perlahan."


Tak lama setelah berpikir demikian, dia mendengar kembali suara gelembung udara. "Saya melihat lampu seorang penyelam yang semakin terang. Saya pikir itu halusinasi namun saya menyadari bahwa hal itu nyata dan melihat helm muncul."


Dia adalah teman lamanya, Bernat Clamor.


"Saya melompat menyambutnya. Dia bertanya bagaimana saya dan mengatakan kepada saya bahwa dia khawatir saya sudah meninggal."


Gracia kemudian mengetahui bahwa Mascar berhasil memberi tahu tentang keadaannya namun upaya penyelamatan terhambat oleh jarak pandang yang buruk.


Tim penyelamat berupaya untuk mengebor batu untuk memberi pasokan pangan dan air -yang suaranya dia dengar. Namun upaya itu juga gagal.


Akhirnya Clamor dan rekan penyelam lainnya, John Freddy, berhasil mencapai tempatnya setelah menunggu lumpur mereda dan air menjadi bersih.


Nasib buruk Gracia tetap belum berakhir karena Clamor harus meninggalkan dia lagi untuk mengontak tim penyelamat. Meski demikian, Clamor meninggalkan kantung gula untuk meningkatkan energi Grcia.


"Diperlukan delapan jam lebih untuk membawa saya ke luar dari gua, namun delapan jam yang menggembirakan," kata Gracia.


Dia mendapat oksigen yang diperkaya kandungannya untuk bernapas dan dibawa perlahan-lahan ke mulut gua. Dia muncul kembali pada Senin 17 April, atau sekitar 60 jam setelah masuk ke dalam gua. Saat Grcia keluar, Guillem Mascar ikut menyambutnya.


"Kami berpelukan tapi tak banyak waktu untuk berbicara karena mereka membawa saya dengan ambulans. Dan sakit sekali begitu saya ke luar dari air. Suhu badan saya mencapai 32 C jadi saya menghadapi risiko hipotermia. Saya mendapat oksigen murni untuk bernapas sepanjang malam."


Gracia terus menjagai emosinya dalam menghadapi pengalaman buruk itu.


"Anda harus bisa mengendalikan emosi ketika menyelam. Namun keesokan harinya saya menyaksikan liputan tentang operasi penyelamatan besar-besaran di TV dan saya menangis. Saya amat bersyukur."


Grcia tidak lantas melupakan olah raga selam walau nyaris meninggal. Sebulan setelah insiden itu, dia kembali ke Sa Piqueta dan bahkan mengunjungi ruangan tempat dia terperangkap itu.


"Saya tidak menaruh dendam pada gua itu, bukan salah guanya," kata pria yang bertekad akan tetap meneruskan penyusunan peta warisan gua bawah air di Mallorca.


"Anak-anak saya tidak terlalu suka tapi mereka tidak mengatakan kepada saya untuk tidak melakukannya. Saya menghabiskan waktu 24 jam untuk menjelajahi di bawah air."


 

No comments:

Post a Comment