Wednesday, August 2, 2017
Terkadang kesalahan bisa menjadi hal yang manis
Kafe kecil
di Prancis tak sengaja dapat bintang Michelin. Meskipun karena kecerobohan
tetapi juga mendatangkan kesenangan bagi kafe dan pengunjung.
Prancis
terkenal dengan berbagai restoran dengan bintang Michelin. Tahun lalu tercatat
ada 616 restoran berbintang Michelin di Prancis.Bintang Michelin sendiri
adalah predikat untuk restoran-restoran terbaik dunia yang didasarkan oleh
tampilan menu, rasa, harga dan konsistensi masakan. Bintang Michelin terbagi
menjadi bintang 1, 2 dan 3 yang terbaik. Daftar restoran ini diterbitkan dalam
buku merah Michelin Guide.
Namun sebuah
kekeliruan kecil terjadi karena kesalahan tulis pada website mereka. Sebuah
kafe kecil di Prancis Tengah bernama Bouche à Oreille rupanya punya nama yang
sama dengan sebuah restoran di Paris.
Kesalahan ini mungkin dapat
dimengerti karena alamat kedua restoran sangat mirip. Salah satu di jalan bernama
Route de la Chapelle, dan yang lain di jalan Impasse de la Chapelle.
Namun, kafe
kecil sederhana di Prancis Tengah sempat heboh karena didatangi reporter dan
kru TV. Mereka terkejut akan restoran sederhana bernama Bouche à Oreille di kota
kecil Bourges ini.
Bouche à
Oreille ini sangat sederhana dengan taplak meja plastik motif polkadot merah
putih dan cukup padat saat jam makan siang dengan beberapa pelanggan memesan
bir di bar. Kafe ini menyajikan sajian lokal seperti lasagna rumahan dan beef
bourguignon.
Setelah tahu
kejadian ini, Michelin Guide segera menelepon untuk meminta maaf. Mereka
menjelaskan bahwa mereka tertu
Akibat kesalahan pihak Michelin
ini, restoran kecil Bouche à Oreille mengalami publisitas yang belum pernah
dialami sebelumnya. Staf kafe ini juga diundang makan malam di restoran
bintang Michelin yang seharusnya yaitu Bouche à Oreille lain, 100 mil dari
Boutervilliers, dekat Paris.Restoran bintang Michelin asli itu ditata dengan
meja bertaplak linen dengan hidangan seperti lobster flan atau beef confit
dengan jamur truffle hitam.
Di sisi
lain, Veronique Jacquet, pemilik kafe kecil Bouche à Oreille bercerita akan
keterkejutannya mendapat bintang Michelin.
"Tiba-tiba
kafe kami didatangi reporter. Mendengar cerita ini anak saya tertawa
terbahak-bahak. Saya juga menerima telepon dari pengunjung langganan dan
teman menanyakan mengapa saya tidak mengatakan pada mereka kami memenangkan
bintang Michelin."
Tak lama
setelah kejadian unik ini, daftar nama restoran dikoreksi di situs Michelin.
Dua hari kemudian, Aymerix Dreux, chef dari restoran berbintang michelin,
juga menanggapi kesalahan ini dengan selera humor yang baik.
"Saya menelepon Madam
Jaqcuet, juru masak di Bourges. Kami berbincang dan tertawa bersama. Saya juga
mengundang Madam Jacquet ke restoran kami untuk mencicipi apa yang kami buat,"
tutur Dreux dikutip dari Telegraph (19/2/17).
Sebagai
perbandingan untuk makan siang di kafe kecil Bouche à Oreille di Bourges perlu
membayar €12,5 (Rp177.000). Teridir dari menu pembuka dan satu enu utama. Bila
ingin pilih menu lainnya dihargai tidak lebih dari €10 (Rp140.000)
Sedangkan untuk restoran bintang
1 Michelin Bouche à Oreille di kota Boutervilliers menu makan siang harganya
€48 (Rp680.000) termasuk segelas champagne. Menu terdiri dari pilihan sajian
pembuka, 1 menu utama dan dessert berupa pir dan cokelat renyah.
Kafe di Lokasi Syuting Goblin
Dalam beberapa episode Goblin, Kim Shin (Gong Yoo) dan Ji Eun Tak (Kim Go Eun) datang ke sebuah restoran
klasik yang terletak di Canada.
Namun kenyataannya restoran tersebut terletak
di Korea loh.
Hal ini terungkap di Late Night Entertainment News yang berhasil menemukan
restoran dengan pemandangan indah ini. Dilansir Soompi, restoran tersebut
bernama Cafe Zino yang terletak di Paju, Provinsi Gyeonggi.
Restoran klasik di drama Goblin bukan terletak di Canada
tapi di Korea.
Nggak heran sih banyak yang menduga restoran tersebut terletak di Canada,
pasalnya scene yang muncul memang menyebutkan tempat ini berada di Quebec.
Apalagi dengan desain interior yang Inggris banget ini, banyak yang tak menduga
kalau ini justru terletak di Korea.
Menurut pemilik cafe, mereka memang sengaja membangunnya dengan suasana
museum di London. Cafe ini juga dikelilingi oleh pemandangan cantik dan juga
gunung. Bangunan cafe ini sendiri juga memiliki dua lantai yang membuat
pengunjung bisa berkeliling menikmati interior yang menakjubkan tersebut.
Berkat Goblin, Cafe Zino jadi semakin banyak pengunjung loh. Para penggemar
tentunya ingin merasakan suasana dalam scene Ji Eun Tak dan Kim Shin yang
begitu manis.
"Kurasa aku menjadi Gong Yoo. Menurutku banyak orang yang datang ke
sini untuk merasakan suasana (seperti dalam drama)," jelas sang pemilik.
Kisah Penyelam Goa Bawah Air yang terjebak selama 2 hari
Tiga bulan lalu, Xisco Gracia mengalami mimpi buruk bagi setiap penyelam. Dia terjebak di gua bawah air dengan hanya mengandalkan celah di dalam gua yang tidak terendam air.
Kejadiannya berawal pada Sabtu 15 April 2017 lalu, ketika Xisco Gracia terjun ke perairan di Mallorca, Spanyol, untuk menyelam. Guru geologi ini menghabiskan akhir pekannya dengan menjelajah dan membuat peta gua bawah air yang rumit di pulau tersebut.
"Mallorca jauh lebih indah di bawah tanah dibanding di atas tanah," katanya.
Dia dengan temannya, Guillem Mascar, ingin menjelajah Sa Piqqueta, sebuah gua bawah air sepanjang 1 km dari mulut gua dengan beraneka ruang menyerupai labirin. Mereka menyelam selama satu jam untuk sampai ke sana.
Gracia menyelam sambil mengumpulkan keping bebatuan, sementara Mascar berenang ke salah satu ruangan.
Ketika mereka akan meninggalkan tempat itu, beberapa hal terjadi pada saat bersamaan. Secara kebetulan Gracia bertemu dengan Mascar di persimpangan dan gerakan mereka membuat lumpur naik sehingga penglihatan menjadi sulit.
Mereka kemudian menyadari bahwa alat petunjuk mereka -benang nilon tipis yang memberi petunjuk mereka untuk kembali ke mulut gua- putus atau terlepas.
"Kabel itu bertujuan untuk mengarahkan. Kabel ditinggal di belakang begitu Anda memasuki gua dan Anda bisa menelusurinya lagi setelah itu," kata Gracia, yang berusia 54 tahun.
"Kami jadinya hanya bisa menebak beberapa batu yang jatuh. Kami menghabiskan waktu selama satu jam yang sangat berharga untuk menemukannya dengan menyentuh-nyentuh tapi tidak berhasil."
Pada titik ini, pasangan tersebut berada dalam keadaan berbahaya. Mereka sudah menggunakan oksien yang mereka bawa untuk masuk serta ke luar dari gua,. Sebagian besar cadangan darurat oksigen juga telah dipakai.
Untunglah, Gracia ingat tentang para penyelam lain yang pernah bercerita tentang celah di dalam gua yang tidak terendam air dekat situ dan dia mengarahkan Mascari ke sana sambil membahas sejumlah pilihan untuk meloloskan diri.
Keduanya tahu bahwa oksien yang tersedia hanya cukup untuk membawa salah seorang untuk ke luar gua.
"Kami putuskan, saya akan tinggal dan Guillem akan pergi meminta pertolongan. Dia lebih kurus dibanding saya dan membutuhkan lebih sedikit udara untuk bernapas. Saya juga lebih berpengalaman untuk bernapas menghirup udara gua, yang memiliki kandungan karbondioksida lebih tinggi."
Mereka merencanakan rute alternatif yang lebih panjang dan Mascaro Guillem harus melewati sebagian jalur itu tanpa petunjuk sehingga ada kemungkinan hilang.
"Seperti berupaya menyetir sebuah mobil pada malam yang amat berkabut," kata Gracia. "Guillem enggan meninggalkan saya sendiri namun kami tahu itulah satu-satunya peluang."
Begitu Mascar pergi, Gracia melepas semua peralatan dan menjelajahi ruangan, dengan panjang sekitar 80 meter, lebar 20 meter, dan jarak antara air dan langit-langit gua sekitar 12 meter.
Dia menyadari bahwa air di permukaan bisa diminum dan menemukan potongan batu besar yang rata yang kemudian dijadikannya untuk keluar dari air dan beristirahat.
Gracia juga memutuskan bahwa dia akan bisa bertahan hidup tanpa cahaya karena dua dari tiga senter tidak bisa digunakan lagi sementara baterai untuk senter ketiga sudah menipis.
"Saya hanya menyalakannya jika saya buang air kecil atau mendaki untuk mendapatkan air segar."
Dan tak banyak yang bisa dilakukannya lagi selain menanti di kegelapan total serta berharap akan diselamatkan.
"Saya bertanya kepada diri sendiri kenapa hal ini terjadi kepada saya setelah bertahun-tahun menyelam," kata Gracia.
"Namun saya penuh pengharapan selama tujuh atau delapan jam pertama karena berpendapat Guillem akan berhasil. Namun waktu berjalan dan saya mulai kehilangan harapan. Saya pikir 'Guillem hilang dan meninggal dan tidak ada yang tahu saya di bawah sini."
Grcia mulai berpikir tentang orang-orang yang dicintainya.
"Saya punya dua anak, putra 15 tahun dan putri sembilan tahun. Saya berpikir mereka terlalu muda untuk kehilangan ayah dan apa yang kelak terjadi pada mereka."
Walau berhasil untuk tetap tenang, dia mulai mengalami dampak aibat bernapas dengan kandungan CO2 yang tinggi. Udara yang manusia hirup sehari-hari mengandung 0,04% CO2, namun di gua kandungan CO2 mencapai 5%.
"Saya sakit kepala dan walau saya menderita kelelahan karena kurang oksigen, tidak mungkin untuk tidur. Otak saya berputar-putar," kenangnya.
Benaknya mulai 'menipu' dirinya sendiri.
"Saya punya perasaan ada cahaya di danau dan saya mendengar suara gelembung udara para penyelam yang datang. Namun ketika saya memalingkan kepala, tidak ada yang terlihat. Itu halusinasi."
Grcia juga tak punya kesadaran tentang jam dan setelah yang menurutnya terasa seperti beberapa hari, dia mendengar suara keras di atas gua dan menyadari pastilah itu Guillem.
"Saya pikir, pertama kami bisa mendengar suara tangki diisi dengan udara untuk tim penyelamat. Belakangan saya menduga, mereka pasti sedang berupaya untuk mengebor batu."
"Saya amat gembira ketika mengetahui mereka mencari saya."
Namun suara itu berhenti dan Gracia menghadapi momen-momen tergelapnya. "Saya memikirkan bahwa saya meninggal dalam cara yang paling ditakuti para penyelam, tanpa makanan dan udara."
"Senter saya sudah hampir habis dan saya tahu tidak akan mampu mendaki untuk mendapat udara di kegelapan. Saya memutuskan untuk berenang ke tempat saya meninggalkan peralatan dan mengambil pisau. Saya ingin menggunakannya sebagai langkah terakhir jika harus memutuskan apakah akan mati secara cepat atau perlahan."
Tak lama setelah berpikir demikian, dia mendengar kembali suara gelembung udara. "Saya melihat lampu seorang penyelam yang semakin terang. Saya pikir itu halusinasi namun saya menyadari bahwa hal itu nyata dan melihat helm muncul."
Dia adalah teman lamanya, Bernat Clamor.
"Saya melompat menyambutnya. Dia bertanya bagaimana saya dan mengatakan kepada saya bahwa dia khawatir saya sudah meninggal."
Gracia kemudian mengetahui bahwa Mascar berhasil memberi tahu tentang keadaannya namun upaya penyelamatan terhambat oleh jarak pandang yang buruk.
Tim penyelamat berupaya untuk mengebor batu untuk memberi pasokan pangan dan air -yang suaranya dia dengar. Namun upaya itu juga gagal.
Akhirnya Clamor dan rekan penyelam lainnya, John Freddy, berhasil mencapai tempatnya setelah menunggu lumpur mereda dan air menjadi bersih.
Nasib buruk Gracia tetap belum berakhir karena Clamor harus meninggalkan dia lagi untuk mengontak tim penyelamat. Meski demikian, Clamor meninggalkan kantung gula untuk meningkatkan energi Grcia.
"Diperlukan delapan jam lebih untuk membawa saya ke luar dari gua, namun delapan jam yang menggembirakan," kata Gracia.
Dia mendapat oksigen yang diperkaya kandungannya untuk bernapas dan dibawa perlahan-lahan ke mulut gua. Dia muncul kembali pada Senin 17 April, atau sekitar 60 jam setelah masuk ke dalam gua. Saat Grcia keluar, Guillem Mascar ikut menyambutnya.
"Kami berpelukan tapi tak banyak waktu untuk berbicara karena mereka membawa saya dengan ambulans. Dan sakit sekali begitu saya ke luar dari air. Suhu badan saya mencapai 32 C jadi saya menghadapi risiko hipotermia. Saya mendapat oksigen murni untuk bernapas sepanjang malam."
Gracia terus menjagai emosinya dalam menghadapi pengalaman buruk itu.
"Anda harus bisa mengendalikan emosi ketika menyelam. Namun keesokan harinya saya menyaksikan liputan tentang operasi penyelamatan besar-besaran di TV dan saya menangis. Saya amat bersyukur."
Grcia tidak lantas melupakan olah raga selam walau nyaris meninggal. Sebulan setelah insiden itu, dia kembali ke Sa Piqueta dan bahkan mengunjungi ruangan tempat dia terperangkap itu.
"Saya tidak menaruh dendam pada gua itu, bukan salah guanya," kata pria yang bertekad akan tetap meneruskan penyusunan peta warisan gua bawah air di Mallorca.
"Anak-anak saya tidak terlalu suka tapi mereka tidak mengatakan kepada saya untuk tidak melakukannya. Saya menghabiskan waktu 24 jam untuk menjelajahi di bawah air."
Subscribe to:
Posts (Atom)