Pria asal
Uganda bernama Amos Wekesa, pemilik Great Lakes Safaris, operator wisata
terbesar di Uganda. Ia jadi miliuner dengan cara membawa wisatawan berkeliling
objek wisata di negaranya, mulai dari Taman Nasional Ratu Elizabeth sampai
melihat sebangsa monyet di Air Terjun Murchison.
"Saya sudah berkeliling dunia, tapi yang paling saya banggakan adalah menjadi pemandu wisata di negara saya sendiri sambil melihat orang lain takjub akan keindahan area sekitar," katanya seperti dikutip CNN, Rabu (5/11/2014).
Dalam beberapa tahun terakhir, Wekesa sudah melihat peningkatan jumlah wisatawan yang signifikan. Namun hal ini tidak tiap hari terjadi karena jumlah wisatawan di Uganda cenderung stagnan berpuluh-puluh tahun lalu sejak dipimpin diktator Idi Amin.
"Saya sudah berkeliling dunia, tapi yang paling saya banggakan adalah menjadi pemandu wisata di negara saya sendiri sambil melihat orang lain takjub akan keindahan area sekitar," katanya seperti dikutip CNN, Rabu (5/11/2014).
Dalam beberapa tahun terakhir, Wekesa sudah melihat peningkatan jumlah wisatawan yang signifikan. Namun hal ini tidak tiap hari terjadi karena jumlah wisatawan di Uganda cenderung stagnan berpuluh-puluh tahun lalu sejak dipimpin diktator Idi Amin.
Dua tahun
sebelum Wekesa Lahir, Amin mengambil alih kekuasaan negara secara paksa. Amin
mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden Seumur Hidup, menjuluki dirinya
sebagai Penghancur Kekaisaran Inggris dan Raja Terakhir Skotlandia.
Amin juga senang dipanggil Big Daddy, meski banyak warganya yang menjulukinya sebagai Tukang Jagal dari Uganda.
"Saya lahir di masa-masa sulit bagi warga Uganda. Banyak sekali warga yang kesulitan ekonomi. Banyak yang bertahan hidup dengan segala cara," kata Wekesa mengenang masa kecilnya.
"Keluargaku tinggal dekat perbatasan dan yang kami lakukan untuk bertahan hidup adalah menyelundupkan berbagai kebutuhan pokok dari Kenya. Saya mulai terlibat penyelundupan sejak umur 7 tahun," ujarnya
Amin juga senang dipanggil Big Daddy, meski banyak warganya yang menjulukinya sebagai Tukang Jagal dari Uganda.
"Saya lahir di masa-masa sulit bagi warga Uganda. Banyak sekali warga yang kesulitan ekonomi. Banyak yang bertahan hidup dengan segala cara," kata Wekesa mengenang masa kecilnya.
"Keluargaku tinggal dekat perbatasan dan yang kami lakukan untuk bertahan hidup adalah menyelundupkan berbagai kebutuhan pokok dari Kenya. Saya mulai terlibat penyelundupan sejak umur 7 tahun," ujarnya
Wekesa
memulai karirnya dari bawah sekali. Selepas sekolah ia bekerja menjadi pengepel
lantai dengan penghasilan US$ 10 per bulan.
"Jujur saja, saya harus hidup dengan uang setengah dolar AS tiap hari," ujarnya.
Nasibnya mulai membaik setelah ia mencoba pekerjaan sebagai pemandu wisata, meski pada awalnya ia merasa pekerjaannya itu sangat berat.
"Saya ingat sekali perjalanan pertama saya sebagai pemandu wisata. Kami membawa tiga wisatawan dan berkeliling selama 15 hari. Setiap malam kami harus mendirikan semua tenda, memasak untuk semua orang, dan menemani semua tamu sampai orang terakhir tidur, itu bisa sampai sekitar jam 3 pagi. Pekerjaan yang melelahkan," katanya.
"Jujur saja, saya harus hidup dengan uang setengah dolar AS tiap hari," ujarnya.
Nasibnya mulai membaik setelah ia mencoba pekerjaan sebagai pemandu wisata, meski pada awalnya ia merasa pekerjaannya itu sangat berat.
"Saya ingat sekali perjalanan pertama saya sebagai pemandu wisata. Kami membawa tiga wisatawan dan berkeliling selama 15 hari. Setiap malam kami harus mendirikan semua tenda, memasak untuk semua orang, dan menemani semua tamu sampai orang terakhir tidur, itu bisa sampai sekitar jam 3 pagi. Pekerjaan yang melelahkan," katanya.
Wekesa
memulai karirnya dari bawah sekali. Selepas sekolah ia bekerja menjadi pengepel
lantai dengan penghasilan US$ 10 per bulan.
"Jujur saja, saya harus hidup dengan uang setengah dolar AS tiap hari," ujarnya.
Nasibnya mulai membaik setelah ia mencoba pekerjaan sebagai pemandu wisata, meski pada awalnya ia merasa pekerjaannya itu sangat berat.
"Saya ingat sekali perjalanan pertama saya sebagai pemandu wisata. Kami membawa tiga wisatawan dan berkeliling selama 15 hari. Setiap malam kami harus mendirikan semua tenda, memasak untuk semua orang, dan menemani semua tamu sampai orang terakhir tidur, itu bisa sampai sekitar jam 3 pagi. Pekerjaan yang melelahkan," katanya.
Kerja keras Wekesa berbuah hasil yang manis.
Kini ia seorang miliuner Uganda yang punya perusahaan pariwisata dengan
karyawan lebih dari 180 orang di Uganda."Jujur saja, saya harus hidup dengan uang setengah dolar AS tiap hari," ujarnya.
Nasibnya mulai membaik setelah ia mencoba pekerjaan sebagai pemandu wisata, meski pada awalnya ia merasa pekerjaannya itu sangat berat.
"Saya ingat sekali perjalanan pertama saya sebagai pemandu wisata. Kami membawa tiga wisatawan dan berkeliling selama 15 hari. Setiap malam kami harus mendirikan semua tenda, memasak untuk semua orang, dan menemani semua tamu sampai orang terakhir tidur, itu bisa sampai sekitar jam 3 pagi. Pekerjaan yang melelahkan," katanya.
"Perusahaan saya sudah tumbuh menjadi salah satu tiga besar perusahaan pariwisata di Uganda. Salah satu yang saya banggakan adalah menjadi penyedia akomodasi di taman nasional," ujarnya.
No comments:
Post a Comment