Thursday, October 4, 2012

Balas Dendamku, Inul Darastista

From Fimela,

Curahan Hati seorang Inul Darastista

Sudah macam-macam omongan yang ditujukan pada saya. Mulai dari jamannya ditentang oleh Rhoma Irama dulu sampai dicekal dimana-mana, saya seperti dihajar bertubi-tubi ujian sebagai pendatang baru di Ibukota. Istilahnya, saya dibolak-bolak seperti tempe saking tidak dihargai oleh orang-orang yang tidak menyukai saya. Dulu saya memang menangis dan banyak curhat dengan Eyang Titiek Puspa tentang apa yang harus saya lakukan. Tapi, hal tidak menyenangkan itu bukan hanya terjadi saat saya masih menjadi anak baru, omongan meremehkan juga masih saya terima di kala karier saya mulai baik dan bisnis berjalan dengan lancar. Seperti setelah melahirkan, badan saya sangat gemuk. Di situ saya dibilang nggak akan bisa kembali eksis menyanyi lagi karena penampilan saya sudah tidak menarik lagi. Saya juga dirumorkan tidak laku lagi, bangkrut hingga menjual rumah, dan pulang kampung. Beberapa orang yang mengatakan hal tersebut langsung kepada saya memang mengatakannya dengan gaya yang halus, tidak kasar, tapi tetap saja itu menancap di hati dan pikiran.
Tapi, karena terlalu sering saya diperlakukan seperti itu, omongan nggak menyenangkan itu malah menjadi bahan renungan saya. Saya berpikir, mungkin mengerikan juga kalau hidup saya benar seperti yang digoispkan, yang tidak laku lagi dan jatuh miskin hingga harus pulang kampung. Dari situlah, saya semakin terpacu untuk berkarya dan menjalankan bisnis lebih baik lagi. Anggapan saya dianggap hanya bisa fokus di bisnis, sementara urusan menyanyi menjadi nomor kesekian, juga jadi pacuan untuk saya. Padahal, di alam pikiran saya, penyanyi mau seperti apa bentuk tubuhnya tetap bisa menyanyi, asalkan suaranya masih enak untuk didengar.
 Berkali-kali mendapat pelecehan dan diremehkan, saya jadi bisa menyimpulkan kalau bullying itu bisa terjadi karena manusia diciptakan berbeda-beda tidak ada yang sempurna, sehingga ada saja sesuatu hal yang membuat orang lain merasa iri dengan kemampuan yang saya miliki. Mereka tidak mampu menjangkau apa yang saya bisa, sehingga mereka melakukan hal-hal yang membuat saya tidak nyaman. Tapi, ada untungnya juga saya sering di-bully seperti itu, karena saya jadi perempuan yang kuat dan tangguh untuk menghadapi apapun bentuk cobaan. Saya menjadi semakin kuat dengan banyaknya rintangan. Saya menekankan pada diri saya sendiri kalau harus kuat, sehingga tumbuh rasa mangkel kalau saya cengeng dan menangis karena perkataan atau perbuatan orang lain yang menyakiti hati saya. Walaupun kadang-kadang nggak bisa dipungkiri saya sebagai perempuan ada masanya juga lemah dan menjatuhkan tangis di pundak orang-orang terdekat saya. Menjadi hal yang terlalu biasa, ejekan orang-orang itu terkadang malah terdenagr lucu di kuping saya.
Saya memang tetap seorang Inul anak Pasuruan yang merantau ke Jakarta dan kadang-kadang masih sering terlihat sifat-sifat kedesaan saya. Kelemahan itu yang sering dijadikan celah oleh orang lain untuk melecehkan saya. Saya nggak ingin membalasnya dengan hal yang sama. Saya punya cara lain untuk “balas dendam”. Bisnis karaoke saya adalah salah satu ungkapan untuk menunjukkan kalau ketika saya diinjak oleh orang lain, saya membalasnya dengan kebaikan. Saya dikatakan nggak laku menyanyi lagi, justru saya bisa puas menyanyi di tempat usaha milik saya sendiri. Atau, orang-orang yang membenci saya dulu karena kontra dengan goyangan saya, malah bisa sayang sama saya karena mampu membangun tempat hiburan karaoke untuk keluarga, bukan tempat yang suram dan mesum. Hasil akhirnya, kini banyak orang yang berbalik sayang dengan saya atau mengacungkan jempolnya atas prestasi saya.
Semua hal baik itu saya dapatkan atas dasar balas dendam, namun dengan konotasi baik. Bagi saya, masalah jangan diselesaikan dengan membuat masalah baru. Memilih cara yang lebih damai malah lebih menyenangkan. Orang berkata jelek tentang saya, diterima saja dengan senyuman, namun secara perlahan saya jawab dengan pembuktian yang positif. Perdamaian bisa tercipta ketika nggak ada amarah diikutkan dalam tutur kata yang kita ucapkan. Ungkapan “Speak4Peace” itu, benar bisa terjadi kok! 

No comments:

Post a Comment