Wednesday, October 10, 2012

Warna Warni Persahabatan

Di suatu masa warna-warna di dunia mulai
bertengkar. Semua menganggap dirinyalah
yang terbaik yang paling penting, yang paling
bermanfaat dan yang paling disukai.
HIJAU berkata: “Jelas akulah yang terpenting.
Aku adalah pertanda kehidupan dan harapan.
Aku dipilih untuk mewarnai rerumputan,
pepohonan dan dedaunan. Tanpa aku, semua
hewan akan mati. Lihatlah ke pedesaan, aku
adalah warna mayoritas…”
BIRU menginterupsi: “Kamu hanya berpikir
tentang bumi, pertimbangkanlah langit dan
samudra luas. Airlah yang menjadi dasar
kehidupan dan awan mengambil kekuatan
dari kedalaman lautan. Langit memberikan
ruang dan kedamaian dan ketenangan. Tanpa
kedamaian, kamu semua tidak akan menjadi
apa-apa.”
KUNING cekikikan: “Kalian semua serius amat
sih? Aku membawa tawa, kesenangan dan
kehangatan bagi dunia. Matahari berwarna
kuning, dan bintang-bintang berwarna
kuning. Setiap kali kau melihat bunga
matahari, seluruh dunia mulai tersenyum.
Tanpa aku, dunia tidak ada kesenangan.”
ORANYE menyusul dengan meniupkan
trompetnya: “Aku adalah warna kesehatan
dan kekuatan. Aku jarang, tetapi aku
berharga karena aku mengisi kebutuhan
kehidupan manusia. Aku membawa vitamin-
vitamin terpenting. Pikirkanlah wortel, labu,
jeruk, mangga dan pepaya. Aku tidak ada
dimana-mana setiap saat, tetapi aku mengisi
langit saat fajar atau saat matahari
terbenam. Keindahanku begitu menakjubkan
hingga tak seorangpun dari kalian akan
terbetik di pikiran orang.”
MERAH tidak bisa diam lebih lama dan
berteriak: “Aku adalah Pemimpin kalian. Aku
adalah darah-darah kehidupan! Aku adalah
warna bahaya dan keberanian. Aku berani
untuk bertempur demi suatu kausa. Aku
membawa api ke dalam darah. Tanpa aku,
bumi akan kosong laksana bulan. Aku adalah
warna mawar, hasrat dan cinta.”
UNGU bangkit dan berdiri setinggi-tingginya
ia mampu. Ia memang tinggi dan berbicara
dengan keangkuhan. “Aku adalah warna
kerajaan dan kekuasaan. Raja, Pemimpin dan
para bangsawan memilih aku sebagai
pertanda otoritas dan kebijaksanaan. Tidak
seorangpun menentangku. Mereka
mendengarkan dan menuruti kehendakku.”
Akhirnya NILA berbicara lebih pelan dari yang
lainnya, namun dengan kekuatan niat yang
sama: “Pikirkanlah tentang aku. Aku warna
diam. Kalian jarang memperhatikan aku,
namun tanpaku kalian semua menjadi
dangkal. Aku merepresentasikan pemikiran
dan refleksi, matahari terbenam dan
kedalaman laut. Kalian membutuhkan aku
untuk keseimbangan dan kontras, untuk doa
dan ketentraman batin.”
Jadi, semua warna terus menyombongkan
diri, masing-masing yakin akan superioritas
dirinya.
Perdebatan mereka menjadi semakin keras.
Tiba-tiba, sinar halilitar melintas
membutakan. Guruh menggelegar. Hujan
mulai turun tanpa ampun. Warna-warna
bersedeku, bersama ketakutan, berdekatan
satu sama lain mencari ketenangan.
Di tengah suara gemuruh, hujan berbicara:
“HAI WARNA-WARNA, kalian bertengkar satu
sama lain, masing-masing ingin mendominasi
yang lain. Tidakkah kalian tahu bahwa kalian
masing-masing diciptakan untuk tujuan
khusus, unik dan berbeda? Berpegangan
tanganlah dan mendekatlah kepadaku!”
Menuruti perintah, warna-warna
berpegangan tangan mendekati hujan, yang
kemudian berkata: “Mulai sekarang, setiap
kali hujan mengguyur, masing-masing dari
kalian akan membusurkan diri sepanjang
langit bagai busur warna sebagai pengingat
bahwa kalian semua dapat hidup bersama
dalam kedamaian.”

No comments:

Post a Comment