Penyakit tekanan darah tinggi menjadi pembunuh diam-diam setelah
menyebabkan gangguan fungsi jantung, ginjal, kognitif, dan stroke. Dosen
dan peneliti Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Azizahwati, mendiversifikasi
sediaan obat herbal antihipertensi berupa kapsul daun alpukat.
Azizahwati, Rabu (15/6), mempresentasikan Laporan Akhir Hibah Riset
Universitas Indonesia (UI) Tahun 2010 di UI, Depok, Jawa Barat. Ia
meneliti pengapsulan ekstrak daun alpukat (Persea americana Mill)
bersama tim yang berasal dari Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran
UI, yaitu Erni H Purwaningsih, Endang Hanani, dan Sutriyo. Mereka
memperoleh dana hibah riset UI tahun 2010 sebesar Rp 164,8 juta.
Menurut Kepala Subdirektorat Riset dan Inkubator Industri UI Yasman,
hibah riset UI berasal dari Program Dana Masyarakat yang diambil dari
biaya operasional pendidikan (BOP) yang diserahkan oleh setiap mahasiswa
yang terdaftar. Tahun 2010 tersedia dana hibah untuk 199 kegiatan
riset.
Kategori kegiatan meliputi riset awal, pascasarjana,
unggulan, dan multidisipliner. Besar dana Rp 40 juta (riset awal) sampai
Rp 175 juta (riset multidisipliner). ”Peneliti utama diwajibkan dari
UI,” kata Yasman.
Yasman mengakui, riset yang dikerjakan
sebagian besar untuk memenuhi rasa keingintahuan para dosen atau
peneliti sehingga persentase hasil riset yang dapat diaplikasikan
masyarakat dan industri masih relatif kecil. Namun, tim Azizahwati
membuktikan riset mereka cukup aplikatif untuk memberikan alternatif
kemasan dan produk obat herbal.
Antihiperlipidemia Azizahwati
mengatakan, selain sebagai antihipertensi, kapsul daun alpukat berhasil
dibuktikan sebagai antihiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah kondisi
yang disebabkan oleh kandungan lemak atau kolesterol yang terlalu tinggi
di dalam darah.
Bagi penderita hipertensi, kegemukan merupakan
ciri khas mereka. Daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah pada
penderita obesitas dengan hipertensi akan lebih tinggi dibandingkan
dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
Bagi yang
mengalami hiperlipidemia, pola makan berlemak menjadi penyebab utama.
Hal itu ditambah dengan gaya hidup kurang gerak sehingga memicu
hiperlipidemia.
Hiperlipidemia merupakan salah satu pemicu
serangan jantung, yaitu manakala kolesterol dalam darah yang mengendap
sebagai plak di dinding pembuluh darah menjadi runtuh serta menyumbat
pembuluh darah. Hipertensi dan hiperlipidemia menjadi penyebab kematian
paling tinggi saat ini.
Azizahwati mengatakan, riset daun alpukat yang dikapsulkan akan dijadikan produk obat herbal setaraf fitofarmaka.
Fitofarmaka bisa diresepkan dokter seperti obat-obat berbahan kimia
sintetis. Proses menuju fitofarmaka harus melewati uji klinis pada
manusia.
Penelitian Azizahwati saat ini masih pada taraf uji
praklinis, yaitu melakukan uji coba pada mencit (tikus percobaan). Hasil
riset menunjukkan, pemberian ekstrak etanol daun alpukat memiliki efek
antihiperlipidemia.
Mencit dibagi tiga kelompok dan diberi
ekstrak daun alpukat dengan dosis masing-masing 10 miligram per kilogram
berat badan (mg/kg bb), 20 mg/kg bb, dan 40 mg/kg bb. Kelompok mencit
yang diuji coba dengan ekstrak daun alpukat dosis 40 mg/kg bb memberikan
hasil paling baik.
Ekstrak etanol daun alpukat juga diketahui
berfungsi sebagai antihipertensi pada dosis 40 mg/kg bb. Kemampuan
menurunkan tekanan darah arteri rata-rata pada mencit jantan dan betina
58 mmHg dan 54,5 mmHg.
Agar menderita hiperlipidemia, mencit
diinduksi kuning telur atau lemak hewan lain ke tubuhnya. Adapun kondisi
hipertensi mencit diperoleh dengan cara menginduksikan garam.
Alat pengering yang digunakan untuk daun alpukat adalah avicel PH 101
dengan perbandingan 1:0,75 dan penambahan 8,3 persen aerosil.
Penggunaan avicel PH 102 disebutkan sebagai formula terbaik karena
memiliki kerapatan massa (bulk density) dan laju alir yang paling besar.
Hasilnya mengandung indeks kompresibilitas, kadar air, dan waktu hancur
paling kecil.
Maserasi
Pembuatan ekstrak daun alpukat
dilakukan dengan maserasi dengan alkohol 70 persen. Maserasi adalah
merendam untuk mengeluarkan senyawa aktif pada serbuk daun alpukat.
Sebanyak 300 gram serbuk daun alpukat dimaserasi dengan alkohol 70
persen, sampai mencapai rendemen 29 persen.
Kapsul daun alpukat
menjadi obat herbal terstandar yang masih harus dikembangkan menjadi
fitofarmaka. Azizahwati masih membutuhkan riset lebih lanjut dengan uji
coba klinis pada manusia.
Bagi masyarakat awam, daun alpukat
tidak terbayang dapat memberikan manfaat berupa menurunkan tekanan darah
dan kadar lemak yang tinggi. Hipertensi dan kolesterol tinggi merupakan
ancaman penyakit yang banyak mendera masyarakat.
Riset
Azizahwati berhasil membuka mata segenap lapisan masyarakat. Kekayaan
alam di sekitar kita cukup bermakna dalam memberikan manfaat bagi
kesehatan.
No comments:
Post a Comment