Monday, February 6, 2012

Plus Minus Vitamin D (berpengaruh ke Jantung)

kekurangan Vit D & Depresi

Banyak faktor yang memicu munculnya depresi di antaranya pengaruh psikologis, lingkungan, dan genetik. Riset terbaru dari UT Southwestern Medical Center Psychiatrists bekerjasama dengan Cooper Center Longitudinal menunjukkan, rendahnya tingkat vitamin D bisa menjadi pemicu peningkatan risiko depresi.

Para ahli mengklaim temuan tersebut sebagai penelitian terbesar yang melihat hubungan antara vitamin D dan depresi. Studi baru ini diterbitkan dalam Mayo Clinic Proceedings.

Para ahli mengatakan bahwa temuan ini sekaligus memperjelas perdebatan yang selama ini kerap mempertanyakan soal hubungan antara vitamin D dan depresi. "Temuan kami menunjukkan bahwa penting untuk melakukan skrining tingkat vitamin D pada pasien depresi, begitu pula sebaliknya," kata Dr E. Sherwood Brown, profesor psikiatri dan juga peneliti senior.

Dalam risetnya para ahli dari UT Southwestern mengamati hampir 12.600 peserta, mulai tahun 2006-2010. Dr Brown dan rekan dari Cooper Institut menemukan bahwa tingkat kadar vitamin D lebih tinggi telah dikaitkan dengan penurunan risiko depresi, khususnya di kalangan individu dengan riwayat depresi.

Sementara itu, kadar vitamin D rendah telah dikaitkan peningkatan risiko depresi, terutama untuk mereka yang memiliki riwayat depresi. Meski begitu studi ini tidak membahas apakah dengan meningkatkan kadar vitamin D bisa mengurangi gejala depresi atau tidak.

Dr. Brown beranggapan bahwa vitamin D dapat mempengaruhi neurotransmitter di otak - suatu penanda inflamasi dan faktor lainnya, yang dapat membantu menjelaskan hubungannya dengan depresi


OVER VIT D

Selama ini kita tahu bahwa vitamin D amat penting untuk kesehatan tulang dan mampu menjadi pelindung untuk jantung. Namun, dari riset kesehatan terbaru justru diketahui, terlalu banyak mengonsumsi vitamin ini justru berbahaya. ''Vitamin D memang penting untuk kesehatan jantung, khususnya bila Anda memang kekurangan vitamin D. Namun, ternyata dalam titik tertentu, kelebihan itu justru bisa menjadi bumerang,'' ujar Muhammad Amer, asisten profesor dari John Hopkins University School of Medicine yang menjadi kepala riset tersebut.

Dalam penelitian itu, para ahli menguji lebih dari 15 ribu orang dewasa selama lima tahun. Mereka mengungkapkan, orang-orang yang memiliki kandungan darah dengan vitamin D dalam kadar normal memiliki protein c-reactive (CRP) yang rendah. Protein ini menjadi pemicu serangan jantung dan penyumbatan pembuluh darah.

Di sisi lain, ketika level vitamin D itu meningkat melebihi batas normal,CRP juga meningkat sehingga berujung dengan risiko mengalami serangan jantung. ''Serangan yang dapat dibatasi oleh vitamin D tampaknya tidak terjadi ketika kadar vitamin D itu lebih tinggi,'' kata Amer.

Maka, mereka pun menyarankan agar kita hati-hati ketika mengonsumsi vitamin dan suplemen, terutama vitamin D. ''Pastikan vitamin D yang kita konsumsi benar-benar dibutuhkan. Pil-pil itu berdampak pada kesehatan meski secara teknis pil itu tak mengandung racun.''

No comments:

Post a Comment