Monday, September 24, 2012

Bahagia karena Bersyukur

Alkisah, ada seorang pedagang kaya yang
merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi
buta, dia telah bangun dan mulai bekerja.
Siang hari bertemu dengan orang-orang
untuk membeli atau menjual barang. Hingga
malam hari , dia masih sibuk dengan buku
catatan dan mesin hitungnya. Menjelang
tidur, dia masih memikirkan rencana kerja
untuk keesokan harinya. Begitu hari-hari
berlalu.
Suatu pagi sehabis mandi, saat berkaca, tiba-
tiba dia kaget saat menyadari rambutnya
mulai menipis dan berwarna abu-abu. “Akh.
Aku sudah menua. Setiap hari aku bekerja,
telah menghasilkan kekayaan begitu besar!
Tetapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana
saja aku selama ini?”
Setelah menimbang, si pedagang
memutuskan untuk pergi meninggalkan
semua kesibukannya dan melihat kehidupan
di luar sana. Dia berpakaian layaknya rakyat
biasa dan membaur ke tempat keramaian.
“Duh, hidup begitu susah, begitu tidak adil!
Kita telah bekerja dari pagi hingga sore,
tetapi tetap saja miskin dan kurang,”
terdengar sebagian penduduk berkeluh
kesah.
Di tempat lain, dia mendengar seorang
saudagar kaya; walaupun harta
berkecukupan, tetapi tampak sedang sibuk
berkata-kata kotor dan memaki dengan
garang. Tampaknya dia juga tidak bahagia.
Si pedagang meneruskan perjalanannya
hingga tiba di tepi sebuah hutan. Saat dia
berniat untuk beristirahat sejenak di situ,
tiba-tiba telinganya menangkap gerak langkah
seseorang dan teriakan lantang, “Huah!
Tuhan, terima kasih. Hari ini aku telah
mampu menyelesaikan tugasku dengan baik.
Hari ini aku telah pula makan dengan
kenyang dan nikmat. Terima kasih Tuhan,
Engkau telah menyertaiku dalam setiap
langkahku. Dan sekarang, saatnya hambamu
hendak beristirahat.”
Setelah tertegun beberapa saat dan
menyimak suara lantang itu, si pedagang
bergegas mendatangi asal suara tadi. Terlihat
seorang pemuda berbaju lusuh telentang di
rerumputan. Matanya terpejam. Wajahnya
begitu bersahaja.
Mendengar suara di sekitarnya, dia
terbangun. Dengan tersenyum dia menyapa
ramah, “Hai, Pak Tua. Silahkan beristirahat di
sini.”
“Terima kasih, Anak Muda. Boleh bapak
bertanya?” tanya si pedagang.
“Silakan.”
“Apakah kerjamu setiap hari seperti ini?”
“Tidak, Pak Tua. Menurutku, tak peduli
apapun pekerjaan itu, asalkan setiap hari aku
bisa bekerja dengan sebaik2nya dan pastinya
aku tidak harus mengerjakan hal sama setiap
hari. Aku senang, orang yang kubantu
senang, orang yang membantuku juga
senang, pasti Tuhan juga senang di atas sana.
Ya kan? Dan akhirnya, aku perlu bersyukur
dan berterima kasih kepada Tuhan atas
semua pemberiannya ini”.

No comments:

Post a Comment