Alkisah, ada seorang saudagar yang terkenal baik hati dan sering memberi
bantuan kepada sanak saudara atau teman yang datang meminta tolong
kepadanya. Suatu hari, si saudagar sedang mengalami kesulitan, seakan
menghadapi jalan buntu dan merasa perlu bantuan orang lain.
Maka dia pun mendatangi teman dan saudara yang dulu pernah dibantunya.
Tetapi ternyata, tidak ada satupun dari mereka yang tergerak untuk
membantu. Bahkan saat dia bercerita mengenai masalah yang sedang
dihadapinya, mereka cenderung cuek, tidak peduli, dan menganggap itu
bukanlah urusan mereka.
Sesampai di rumah, si
saudagar merasa terpukul, kecewa, dan marah. Dia tidak habis berpikir,
bagaimana mereka yang dulu merengek mohon bantuan, dan telah dibantunya,
sungguh tidak tahu bersyukur dan berterimakasih. Saat dia dalam
kesulitan dan membutuhkan bantuan, mereka memperlakukannya seperti itu.
Dan semakin dipikir, dia semakin kecewa dan marah. Keadaan ini sangat
mengganggunya, dia menjadi sulit tidur, gampang marah, dan tidak bisa
berpikir secara jernih.
Setelah berhari-hari si
saudagar menjalani hidup yang tidak bahagia itu, dia memutuskan untuk
pergi ke orang bijak. Setelah mendengar keluhan si saudagar, si orang
bijak berkata, “Anak muda, paman tahu kalau kamu orang yang baik, suka
membantu orang lain, tetapi saat ini kebaikan hatimu malah berakibat
buruk. Kamu merasa tidak bahagia, kecewa, dan marah. Kenapa bisa begitu?
Menurut paman, pertama, kamu telah salah menilai orang lain.
Harapan
kamu adalah orang yang telah kamu bantu akan membalas budi, dan
kenyataan tidak begitu, maka yang salah adalah kamu sendiri.
Kedua, jika
kamu ingin mendapat imbalan atas bantuanmu, saat membantu, kamu
harusnya memberi pelajaran kepada mereka bagaimana caranya berterima
kasih.
Ketiga, jika kamu tidak ingin dikecewakan orang lain, maka
berilah bantuan tanpa harapan atas imbalan apapun. Karena perbuatan baik
yang telah kamu lakukan janganlah kehilangan makna dan dikotori dengan
keinginan untuk dibalas yang bila tidak kesampaian, akan menimbulkan
kecewa, marah, dan kemudian benci di hatimu.
No comments:
Post a Comment